Foto Ferry Is Mirza.
oleh Ferry Is Mirza
Berbagai persoalan mulai mencuat ke permukaan—masalah-masalah yang sebelumnya tidak pernah terjadi di musim haji tahun-tahun lalu.
Salah satu penyebab utamanya adalah perubahan sistem pelayanan jamaah haji Indonesia. Jika tahun lalu seluruh jamaah dilayani oleh satu Syarikah (perusahaan penyelenggara di Arab Saudi), maka tahun ini pelayanan tersebut dibagi ke dalam delapan Syarikah untuk semua jamaah haji Indonesia.
Masalah mulai muncul ketika proses input data jamaah tidak tertata dengan baik. Sebagai contoh, jamaah asal Jawa Timur secara acak tersebar ke berbagai Syarikah. Akibatnya, saat otoritas Saudi menetapkan aturan “satu kloter – satu Syarikah,” terjadi kekacauan. Ada suami-istri yang terpisah, orang tua lansia berada di Syarikah yang berbeda dengan anak pendampingnya, bahkan ketua kloter dan pembimbing KBIHU terpisah dari jamaah mereka. Jamaah KBIHU yang biasanya utuh dalam satu kloter, bisa terpecah menjadi 3 bahkan sampai 6 kloter.
Selain itu yang biasanya hanya satu syarikah saja dalam pelayanan reguler, ini dipecah menjadi 8 syarikah. Jika berbeda kloter berarti beda syarikah, Ini saja sudah bikin pusing..
Apalagi dengan aturan ikut syarikah, satu kloter bisa berbeda syarikah ini tambah bikin mumet..!!
Seperti yang sudah terjadi pada awal jamaah hijrah dari Medinah ke Makkah. Menurut Jamun Efendi Koordinator PIH KBIHU NU Cilacap Jawa Tengah yang membawa 922 jamaah bahwa layanan oleh beberapa syarikah ini membuat berbagai masalah. Antara lain :
1. Koper sampai ada yang 3 - 4 hari belum ketemu
2. Kartu nusuk yang katanya nyawa ke ll jamaah, sampai hijrah ke Makkah baru terbit 50%.
3. Proses ke Raudhoh H-1 untuk ke Makkah baru ada jadwal.
4. Proses hijrah dari Madinah ke Makkah, jama'ah berkeleleran karena satu kloter ditangani oleh 5 Syarikah. Anehnya Ketua kloter berangkat duluan bersama 6 jama'ah. Biasanya justru petugas kloter yang berangkat paling akhir.
5. Satu kloter terbagi 5 syarikah ada hanya 8 jamah, 6 jama'ah, 1 jama'ah. *Mestinya petugas berangkat paling akhir, karena mengkondisikan jama'ah*
6. Suami istri terpisah bisnya
7. Pendamping yang fungsinya mendampingi kemana mana dari tempat ke tempat termasuk kebutuhan privasi, ini malah dipisah.
8. Ada dalam satu bus isinya 3 Karom, 4 Karu, tapi disisi lain sama sekali tidak ada Karom dan Karunya, sementara jama'ah 80% lansia dan risti yang masih sangat membutuhkan pendampingan.
9. Petugas kesehatan terpisah dengan jama'ahnya, bagaimana kalau ada masalah kesehan dalam perjalanan.
10. Jadwal evakuasi tidak jelas, selalu berubah-ubah, katanya brangkat jam 7 berubah sampai jam 9.30
Ini baru permulaan. Seperti apa nanti saat di Armuzna ? Dampak dari kebijakan baru yang akan sangat merewutkan. Semoga para petugas dan jamaah diberikan kesabaran
Bagaimana dengan petugas yang ada ?
Mereka mengeluh Tenda misi haji sudah ditentukan ? Gimana dengan konsep murur dan tanazul jika mengikuti aturan berbasis syarikah ?
Mengurus haji memang bukan sekadar soal kepintaran atau teknis administrasi. Jam terbang, pengalaman lapangan, dan kepekaan pada detail juga sangat menentukan keberhasilan penyelenggaraan.
Semoga jamaah haji Indonesia diberi kesabaran menghadapi kondisi yang tidak ideal ini dan jadi haji mabrur semuanya. *(fim)*